Minggu, 28 Juni 2009

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cystitis

KONSEP DASAR

A. DEFINISI

Cystitis merupakan peradangan pada kandung kemih (Medical Surgical Nursing, 2044)

Cystitis adalah keadaan klinis akibat berkembang biaknya mikroorganisme yang menyebabkan inflamasi pada kandung kemih.

Cystitis dibedakan menjadi dua, yaitu :

· Tipe infeksi

Disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit

· Tipe non infeksi

Disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan interstisial (tidak diketahui penyebabnya / ideopatik)

B. ETIOLOGI

Infeksi pada cystitis disebabkan oleh :

Ø Bakteri

Kebanyakan berasal dari bakteri Escherichia coly yang secara normal terletak pada gastrointestinal. Pada beberapa kasus infeksi yang berasal dari uretra dapat menuju ginjal.

Bakteri lain yang bisa menyebabkan infeksi adalah Enterococcus, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, dan Staphylococcus

Ø Jamur

Infeksi jamur, penyebabnya misalnya Candida

Ø Virus dan parasit

Infeksi yang disebabkan olehvirus dan parasit jarang terjadi. Contohnya : Trichomonas, parasit ini terdapat dalam vagina, juga dapat berada dalam urine

Etiologi cystitis yang non infeksi biasanya terjadi karena :

Ø Paparan bahan kimia, contohnya obat – obatan (misalnya, Cyclophosphamide (Cytotaxan, Procycox)

Ø Radio terapi

Ø Reaksi imunologi, biasanya pada pasien SLE (Systemic Lupus Erytematous)

Penyabab lain dari cystitis belum dapat diketahui. Tapi ada penelitian yang menyatakan bahwa cystitis bisa disebabkan tidak berfungsinya epitel kandung kemih untuk menyimpan urine yang menyebabkan adanya kebocoran pada lapisan dalam kandung kemih.

C. INSIDEN

Cystitis kebanyakan terjadi pad wanita usia lanjut dengan angka kejadian 0,2 % tiapa bualan. Setiap wanita mempunyai resiko sebesar 50 % untuk terserang cystitis. Pada laki – laki usia lanjut, resiko terjadinya cystitis <>

Ø Bayi premature

Ø Wanita usia subur

Ø Wanita yang menggunakan kontrasepsi yang berupa IUD atau spermasida

Ø Diabetes

Ø HIV

Ø Penurunan obstruksi saluran kencing

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Disuria

2. Rasa panas seperti terbakar saat kencing

3. Ada nyeri pada tulang punggung bagian bawah

4. Urgensi (rasa terdesak saat kencing)

5. Nocturia (cenderung sering kencing pada malam hari akibat penurunan kapasitas kandung kemih)

6. Pengosongan kanding kemih yang tidak sempurna

7. Inkontininsia

8. Retensi

9. Nyeri suprapubik

E. PATOFISIOLOGI

Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogen dan eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadnya infeksi adalah :

1. Virulensi dari organisme

2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh

3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh

Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh alami klien.

Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya urine dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder tersusun dari sel – sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsure yang membantu mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder. Mucin juga mencegah bakteri melekat pada sel urotelial.

Selain itu pH urine yang asam dan penurunan / kenaikan cairan dari konstribusi urine dalam batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk dan system urine akan mengeluarkannya.

Bentuk anatomi sluran kencing, keduanya mencegah dan merupakan konstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI. Urine merupakan produk yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap sebagai system tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena :

Ø Perubahan flora normal dari daerah perineum

Ø Berkurangnya antibody normal

Ø Bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita

Cystitis lebih banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek dan lebih dekat dengan anus.

Mikroorganisme naik ke bledder pada wktu miksi karena tekanan urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

· Umur : terjadi pada semua umur

· Jenis kelamin : lebih sering terjadi pada wanita dan meningkatnya insidennya sesuai pertambahan usia dan aktivitas seksual

· Tempat tinggal : ada atau tidaknya factor predisposisi

2. KELUHAN UTAMA

· Rasa sakit atau panas di uretra sewaktu kencing

· Urine sedikit

· Rasa tidak enak di daerah supra pubik

3. RIWAYAT PENYAKIT

· Riwayat ISK sebelumnya

· Obstruksi pada saluran kemih

· Masalah kesehatan lain, misalnya DM, Riwayat seksual

4. PEMERIKSAAN FISIK

· TTV : sepsis

· Infeksi abdomen bagian bawah dan palpasi urine bledder : pengosongan tidak maksimal

· Inflamasi dan lesi di uretra meatus dan vagina introitus

· Kaji perkemihan : dorongan, frekuensi, disuria, bau urine yang menyengat, nyeri pada supra pubik

5. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL

· Sering terjadi pada usia remaja dan dawasa muda à activitas seksual timbul perasaan malu dan bersalah

· Perasaan takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas sexual

· Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja dan aktivitas kehidupan sehari – hari

6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

· Urinalis à urin tengah

Ketika infeksi terjadi, memperlihatkan bakteriuria, WBC (White Blood Cell), RBC (Red Blood Cell) dan endapan sel darah putih dengan keteribatan ginjal

Tes sensitifitas à banyak mikroorganisme sensitive terhadap antibiotic dan antiseptic berhubungan dengan infeksi berulang

· Pengkajian radiographic

Cystitis ditegakkan berdasarkan history, pemeriksaan medis dan laborat, jika terdapat retensi urine dan obstruksi aliran urine dilakukan IPV (Identivikasi perubahan dan abnormalitas structural)

· Culture à Mengidentifikasi bakteri penyebab

· Sinar X ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomaly struktur nyata

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Rasa nyeri berhubungan dengan infeksi kandung kemih

Kriteria hasil : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang

Tujuan : Tidak ada nyeri dan rasa terbakar saat berkemih

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau :

Ø Haluan urine terhadap perubahan warna,bau dan pola berkemih

Ø Masukan dan haluan setiap 8 jam

Ø Hasil urinalis ulang

Untuk mengidentifikasi indikasi, kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan

2. Konsul dokter bila :

Ø Sebelumnya kuning gading-urine kuning,jingga gelap , berkabut atau keruh

Ø Pola berkemih berubah,sebagai contoh rasa panas seperti terbakar saat kencing , rasa terdesak saat kencing

Ø Nyeri menetap atau bertambah sakit

Temuan-temuan ini dapat member tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan lebih luas,seperti pemeriksaan radiology jika sebelumnya tidak dilakukan

3. Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri

4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses kekamar mandi, pispot dibawah tempat tidur atau bedpan.Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan

Berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri

5. Berikan antibiotic.Buat berbagai variasi sedian minuman, termasuk air segar disamping tempat tidur.Pemberian air sampai 2400 ml/hari

Akibat dari peningkatan haluan urina memudahkan sering berkemih dan membantu membilas saluran kemih

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan adanya factor resiko nosokomial

Kriteria hasil : Klien dapat berkemih dengan urine jernih tanpa ketidaknyamanan,urinalisis dalam batas normal,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri

Tujuan : Tidak ada infeksi pada kandung kemih

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift.Jika pasien inkontinensia,cuci perineal sesegera mungkin

Untuk mencegah kontaminasi uretra

2. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali perhari (merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar

Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik kesaluran perkemihan

3. Ikuti kewaspadaan umum (cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung,pemakaian sarung tangan),bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang mungkin terjadi (memberikan perawatan perineal,pengosongan kantung drainase urina, penampungan specimen urine).Pertahanan teknik aseptic bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter indwelling

Untuk mencegah kontaminasi silang

4. Ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400 ml/hari(kecuali kontra indikasi).Bantu melakukan ambulasi sesuai kebutuhan

Untuk mencegah statis urine

5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urina

Asam urna menghalangi tumbuhnya kuman

3. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, pengobatan dan perawatan di rumah

Kriteria hasil : klien manyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif

Tujuan : pasien mampu mendemonstrasikan keinginan untuk mentaati rencana terapiutik

INTERVENSI RASIONAL

1. Berikan iformasi tentang :

a. Sumber infeksi

b. Tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan

c. Jelaskan pemberian antibiotic yang meliputi nama, tujuan, dosis, jadwal dan catat efek sampingnya

d. Pemeriksaan diagnostic, termasuk :

· Tujuan

· Gambaran singkat

· Persiapan yang di butuhkan sebelum pemeriksaan

· Perawatan sesudah pemeriksaan

Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapiutik

2. Pastikan klien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatanlanut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan

Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

3. Instruksi klien untuk menggunakan seluruh antibiotic yang diresepkan. Minum sebanyak 8 gelas/hari

Klien seringmenghentikan obat mereka, jika tanda dan gejala mereda. Cairan menolong membilas ginjal

C. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari cystitis tipe infeksi adalah :

· Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada dalam urine

· Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB 7 – 10 hari

· Atropine untuk meringankan kejang otot

· Fenazopridin untuk mengurangi nyeri

· Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan meminum baking soda yang di larutkan dalam air

· Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan struktur

Penatalaksanaan pada cystitis tipe noninfeksi :

· Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari

· Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis ulang

· Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang

· Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon

· Istirahat dan nutrisi adekuat

· Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK

Terapi obat untuk cystitis

Drug / obat

Dosis

Intervensi keperawatan

Rasional

Quinolones norfloxacin (noroxin)

400 mg di minum

PO x 3 , 7 atau 10 hari

Menghindari hidangan yang mengandung cafein dan memperhatikan klien yang telah menerima theophylline

Quinolones memperpanjang umur paruh cafein dan theophylline

Ciprofloxacin (cipro)

250 mg di minum PO x 3 , 7 atau 10 hari

· Hindari antacid yang mengandung aluminium dan magnesium

· Beri dengan makanan atau susu

Aluminium dan magnesium bertentangan dengan penyerapan obat

Nitrofuration (Macrodantin, Nephronex, Novofuran)

· 50 – 100 mg 4 hari sekali PO x 7 – 10 hari

· 50 mg sebelum tidur PO x 6 bulan

· 50 mg PO setelah coitus

Monitor untuk gejala seperti influenza pada klien lanjut usia dan pada klien dengan masalah paru - paru

· Nitrofuration dapat menyebabkan iritasi GI : Makanan atau susu membantu penurunan masalah ini

· Interstisial pneumonitis merupakan kasus yang jarang terjadi pada klien yang peka terhadap nitrofurantoin

Trimetroprim / sulfamethoxazole (bactrim, Septra, Apo-Sulfatrim roubac)

· 160/800 mg sebelum tidur PO 1 dosis

· 160/800 mg diminum PO x 3 , 7 atau 10 hari

· 80/400 mg PO setelah coitus

· Catatan : DS atau DF berarti double-strength sebesar 160/800 mg

Sediakan masukan cairan yang cukup dan menghindari asam ascorbich dan ammonium klorit, yang akan mengasamkan urine

· Sulfa mempunyai kecenderungan untuk mengkristal, terutama pada keasaman atau konsentrasi urine

· Alergi sulfa umum terjadi pada klien ini

Amoxicillin / asam clavulanich (augmentin, clavulin)

250 mg tiap 8 jam sekali PO x 7-10 hari

Berikan perhatian pada klien dengan asma, defisiensi G6Pd, dan alergi yang lain

· Augmentin dapat menyebabkan iritasi GI : bantuan makanan dapat menurunkan problem ini

· Kedua 250 mg dan 500 mg tablet mengandung 125 mg asam cluvulanic

Cephalosporins : Cefuroxime (Ceftin)

· 250 mg tiap 12 jam Po x 3 , 7 atau 10 hari

· 250 mg sebelum tidur PO x 1 dosis

· Jangan menggantikan separo dari 500 mg tablet untuk 250 mg tablet

· Tanyakan tentang riwayat apakah ada alergi penisilin

· Beri dengan makanan

· Cross- sensitivitas dengan penisilin secara umum

· Peningkatan penyerapan pada makanan

Phenazopyridine (pyridium, phenzo, pyronium)

100–200 mg 3 hari sekali PO x 2 atau 3 hari sampai nyeri sembuh

· Beri dengan makanan

· Memberitahu klien urine akan berubah warna menjadi merah atau kuning keruh

· Informasikan pada klien bahwa obat merupakan anestetik mukosa urine

· Bantuan makanan mengurangi distress GI

· Perubahan warna urine normal terjadi

· Klien boleh minum obat seperti antibiotic

D. DISCHARGE PLANNING

Mempersiapkan tentang HE dilaksanakan oleh pasien atau keluarga; memberikan HE pada klien tentang kebersihan daerah genital klien; aktivitas, gizi harus terpenuhi dan kunjungan dokter.

E. EVALUASI

Perawat mengevaluasi keadaan klien , hasil yang di harapkan dan evaluasi tersebut adalah :

· Berkurangnya tanda dan gejala infeksi

· Kebutuhan akan rasa nyaman terpenuhi

· Mencegah adanya kekambuhan infeksi

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Cystitis merupakan peradangan yang terjadi pada kandung kemih. Cystitis dibagi menjadi dua, yaitu tipe infeksi (yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan parasit) serta tipe non infeksi (yang disebabkan oleh bahan kimia, radiasi, dan ideopatik). Insiden kebanyakan terjadi pada wanita. Berbagai pemeriksaan bisa dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala cystitis. Perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa yang ada

B. SARAN

Perawat diharapkan lebih teliti dalam melakukan proses keperawatan yang disini ditujukan untuk mempercepat proses kesembuhan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah volume 1. Jakarta : EGC.

Ignatavicius, donna, dkk. 1991. Medical Surgical Nursing. United State of America.

Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi 3. Jakarta : Balai penerbit FKUI.

http : // www.medicastore.com

http : // www.tanya­dokter.com

http : // www.majalahnova.com

Asuhan Keperawatan Pada Klien

dengan

CYSTITIS

Di Tujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah




KELOMPOK :

Lutfiyah Ningsih (7305017)

Marita Trianugraheny (7305019)

Maya Dwi Retnani (7305020)

Musyrifatul Jannah (7305022)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar